Catatan Usang , W.Christiawan 2009



Kado untuk Koloni Hitam

"HITAM"

Oleh :
W. Christiawan

         Sehabis lelah demo di jalanan kota Bandung. Aktivitas publik menanam pepohonan, pembacaan puisi dan orasi tentang rusaknya lingkungan hidup. Seseorang berpakaian hitam - hitam dengan dua sayap besar di punggungnya,  seperti Icarus atau juga mungkin falling angel dari surga. performer tersebut berputar perlahan - lahan lalu turun dikerek dari atas sebuah pohon dua sayap besar yang berkepak tersebut terbakar. Di bawah seseorang  berbandana hitam menyanyi rap meneriakan kegelisahannya tentang rusaknya alam. Itulah salah satu nomor yang dibawakan oleh kelompok koloni Hitam pada peringatan Hari Bumi.

       Koloni Hitam adalah kelompok berkesenian yang terdiri dari  perupa muda  dari Universitas Pendidikan Indonesia yang bergairah untuk selalu melakukan pencarian pada wilayah kesenian. Mereka  berdiskusi, berpameran, membuat instalasi dan performance art. Bentuk yang terakhirlah yang mereka rasakan cocok sebagai  media ungkap berkesenian. Jadilah ruang publik seperti lapangan partere, taman - taman hijau di kampus sebagai panggung mereka. 
Menurut Agung Jek: performance art adalah media kesenian yang dapat eklusivitas galeri kesenian. Karena bisa dinikmati berbagai kalangan. Karena presentasi performance art memasuki dunia keseharian. Peristiwanya seperti  peristiwa sosial tak perlu membuat kening berkerut dalam menafsirkannya. Boleh saja menyebut performance art sebagai seni gampangan tetapi ia akan menjadi sesuatu jika dipraktekan secara serius.

        Performance art adalah media ekspresi yang  meledakan pemberontakan dalam diri personal seniman dengan cara berekspresi dengan media tubuhnya sendiri karena tubuh merupakan pertahanan dan perlawanan terakhir manusia melawan segala ancaman penindasan estetis ataupun politis. Dengan menggunakan tubuh performance art tidak hadir di wilayah rekaan namun hadir di wilayah faktual yang berakibat pada runtuhnya batas antara seni dan dunia keseharian, fiksi dan fakta  melebur menawarkan kemungkinan seni yang selalu dipertanyakan dan diuji kembali keberadannya. Dalam seni drama kita mengenal dunia akting yang memerankan karakter seseorang dalam performance art, performer memeran dirinya sendiri. Dalam tawaran mana suka, menjadi sesuatu untuk dimaknai dan direnungkan atau bahkan tidak menjadi apa-apa. Non bentuk (amorph) bahkan menjelma menjadi puisi aksi, menciptakan gambar-gambar yang tidak lazim dengan repetisi aksi tubuh sendiri. Kembali pada kekosongan dimana manusia baru mengenal kembali benda - benda disekelilinginya dengan kepekaan (sensibilitas) baru sebagai sebuah peristiwa yang baru kita alami dalam hidup ini. Seperti citra kesakitan yang tidak terwakili oleh gambaran apapun.

             Kedua sayap besar itu terbakar  seperti menyiratkan hancurnya harapan untuk terbang tinggi ,Iibu Pertiwi tengah bersedih dengan kehancuran lingkungan hidup. Apakah performance art dapat disebut sebagai seni gampangan. Bajak saja karya seniman luar dengan mudah kalau kita sudah kekurangan moral atau ide.eksis sudah!. Komputer kita pun dijalankan dengan software bajakan. Copy - paste saja selesai sudah. Joseph Beuys merendam karyanya dalam air  apakah terpengaruh oleh aktivitas bermusik John Cage dengan instrumen water gongnya, kita pura-pura tidak tahu saja bahwa aksi kesenian seperti itu telah ada. Water gong adalah aksi bermusik memukul gong yang direndam di dalam air untuk menghasilkan instrumen musik yang orsinal dengan kwalitas suara yang belum pernah terdengar sebelumnya. Keheningan juga musik. Jika orang masih sibuk melatih rif atau bernyanyi menceracau  seperti dari suara tertawa  jerangkong dari enam kaki di bawah tanah yang gelap. poek – mongkleng sunyi sepi sendiri. Dalam subyektivitas anda yang paling dalam dari sanalah karya performance art muncul. Dari kegelapan kita meraba - raba mencari secercah sinar kebenaran atau kebaruan dalam berkesenian.

Selamat ulang tahun yang ke - 2 untuk koloni hitam semoga tidak bosan untuk berekspresi dan mencari kebenaran

   
(Dok. W. Christiawan, Dosen Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia, Bandung 2009)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sedikit Mengenal Koloni Hitam dan Sekelumit Personilnya (5)